Senin, 06 Juni 2011

catatan harian

22-4-2011
Hidup itu memang tidak selalu mulus. Kata tersebut sering diucapkan oleh orang kebanyakan. Di  dalam al-quran pun telah dijelaskan bahwa hidup manusia dapat menjalani tahap kehidupan dengan baik apabila telah mampu menjalani ujian kehidupan. Apakah kau pikir ujian itu diciptakan hanya sebagai bentuk kuasa Allah tanpa memperhatikan kondisi umat Nya ????,, jika kau berpikir seperti itu kau salah kawan, ujian yang diberikan oleh Allah swt pasti memiliki alasan tertentu. Meskipun terkadang kita selalu berkata kalau kita sudah tidak mampu menjalani cobaan yang jika dipikir-pikir selalu datang bertubi-tubi. Jika saat cobaan itu datang silih berganti kita tak jarang selalu berpikir Allah tidak adil, kenapa kita diberikan cobaan yang begitu berat, dan tak jarang pula kita membandingkan dengan kondisi orang lain  yang terlihat jauh lebih baik padahal itu pun belum tentu benar karena memang benar kata pepatah yang ada rumput tetangga jauh lebih hijau dari pada rumput di halaman sendiri. Satu hal yang membuat kita selalu berpikir demikian disebabkan karena kita kurang memiliki rasa syukur dan kita selalu membandingkan hidup kita dengan orang berada di atas kita. Lalu muncul pertanyaan di dalam benak kita, kenapa orang lain hidup nya bisa lebih baik sedangkan kita tidak memiliki yang orang itu miliki?, pertanyaan yang muncul tersebut wajar, karena memang kita masih merupakan sosok seorang manusia biasa yang pada hakikatnya tidak pernah merasa puas. Tapi hal tersebut bukan menjadi alasan buat kita selalu mengeluh dan tidak pernah bersyukur. Karena ada satu sisi yang harus kita ketahui, kita diciptakan oleh Allah sebagai mahluk sempurna yang memiliki akal pikiran untuk berpikir tentunya, coba renungkan dengan akal pikiran yang kita miliki proses penciptaan kita sejak dari rahim ibu hingga kita bisa sampai pada usia saat ini, luar biasa bukan?????. Berbagai cobaan yang pernah ada hingga saat ini masih ada, jika kita menjalaninya dengan penuh rasa syukur dan sistem moving maka kita akan melihat hasil dari ujian tersebut pasti menghasilkan hasil yang indah, tapi jika kita menjalaninya dengan mengeluh dan mengeluh maka hasil ujian tersebu pasti “buruk” karena dengan disengaja atau tidak bahwa fungsi dari ujian atau cobaan yang ada adalah satu yaitu untuk mengajarkan manusia bersyukur. Dengan bersyukur maka manusia tersebut telah mampu meningkatkan iman dan takwa nya kepada Allah swt. Karena hanya manusia yang terpilihlah yang tetap mengingat untuk bersyukur atas nikmat maupun cobaan yang tengah dihadapinya.
Ketahuilah kawan bahwa Allah itu maha adil. Memang tidak semua penjelasan kepingan takdir yang menimpa kita akan terungkap dengan jelas, sehingga tidak jarang kita selalu menyalahkan takdir dan sang pemberi takdir. Akan tetapi jika kita beruntung maka kita akan berpikir pasti ada kepingan takdir yang menimpa kita yang jika dilihat dari sisi negative nya terlihat kita sangat menderita, tapi jika kita telisik dari sisi yang lain dan cenderung menjadi sisi yang tidak terlihat bahwa barulah kita mengerti bahwa  muasal dari kronologis takdir yang kita alami adalah tak lepas dari dua sisi yang tak terpisahkan. Tapi sayang nya kita sebagai manusia cenderung tak pernah mau berpikir sisi positif tersebut dan cenderung larut dalam sisi negative yang ada dan yang terlihat secara kasat mata. Jika kita berpikir lebih jauh buat apa Allah menciptakan manusia,? (tujuan untuk beribadah kepada Nya) itu adalah tujuan secara spesifik. Sedangkan ada satu hal yang kurang dipahami oleh kita, bahwa ibadah itu bukan lah suatu hal yang secara arti bahasa merupakan suatu ritualitas spiritual saja, tapi bagaimana cara kita menyikapi hidup dan pelajaran yang harus kita selesaikan itu pun termasuk cara kita beribadah/beriman kepada Nya juga bukan. Ketahuilah kawan bahwa kita sebagai manusia mampu menjalani hidup dengan berbagai cara, yaitu cara yang mengarahkan kita agar selalu mensyukuri apa yang kita miliki. Mungkin benar saat kita kehilangan sesuatu yang kita miliki tak peduli besar atau pun kecil, karena besar atau kecil merupakan suatu ukuran yang relative adalah suatu hal yang sangat menyakitkan bagi kita. Tapi yang harus kita sadari adalah di balik kehilangan tersebut kita pasti sedang dipersiapkan untuk mendapatkan sesuatu yang besar dan jauh lebih baik. karena Allah tidak mungkin menciptakan manusia yang sia-sia yang tidak berguna. Kita dilahirkan di dunia ini adalah takdir, tapi kita terlahir sebagai orang yang sukses atau gagal adalah pilihan. Bagaimana tidak, kita telah diberikan kesempatan untuk bisa menikmati hidup tapi cara kita menikmati hidup adalah tergantung cara kita sendiri. Kita sering menyalahkan nasib yang kurang berpihak pada kita atau dengan kata lain kita selalu mengatakan bahwa saya tidak seberuntung dia dan cenderung menyalahkan nasib, memang nasib merupakan suatu factor yang menentukan karena itu adalah suatu kehendak yang dtang dari Allah sebagai pencipta jalan hidup kita, tapi ada yang harus diketahui bahwa nasib merupakan suatu factor yang berada di paling belakang, yang jika kita sendiri telah berusaha semaksimal mungkin, nasib pun tidak akan bisa jauh berbeda. tapi jika itu terjadi berarti Allah telah memiliki jalan lain (rencana lain) yang jauh lebih baik unuk umat Nya. Jadi apa pun alasan nya, tidak ada alasan buat kita sebagai manusia, abdi Allah untuk selalu mensyukuri nikmat dan cobaan yang ada serta tidak ada alasan untuk kita sebagai manusia selama hidup ini tidak berusaha sebaik mungkin, karena semua pasti ada pertanggung jawabannya. Allah maha adil, entah itu akan terlihat selama masih hidup ataupun nanti di akhirat.

Minggu, 27 Maret 2011

tsunami jepang


TOKYO (Reuters) – Japanese authorities evacuated workers on Sunday from a reactor building they were working in after radiation in water at the crippled nuclear power plant reached potentially lethal levels, the plant's operator said.
Tokyo Electric Power Co said radiation in the water of the No. 2 reactor at the Fukushima Daiichi plant was measured at more than 1,000 millisieverts an hour. That compares with a national safety standard of 250 millisieverts over a year. The U.S. Environmental Protection Agency says a dose of 1,000 millisieverts is enough to cause hemorrhaging.
Japanese nuclear regulators said the water contained 10 million times the amount of radioactive iodine than is normal in the reactor, but noted the substance had a half life of less than an hour, meaning it would disappear within a day.
A Tokyo Electric official said workers were evacuated from the No. 2 reactor's turbine housing unit to prevent them from being exposed to harmful doses of radiation. They had been trying to pump radioactive water out of the power station after it was found in buildings housing three of the six reactors.
Tokyo Electric engineers have struggled the past two weeks to prevent a catastrophic meltdown at Fukushima Daiichi, after an unprecedented earthquake and tsunami knocked out the backup power system needed to cool the reactors.
The work has had to be suspended several times due to explosions and spiking radiation levels inside the reactors, in a crisis that has become the worst nuclear emergency since Chernobyl a quarter-century ago.
On Thursday, three workers were taken to hospital from reactor No. 3 after stepping in water with radiation levels 10,000 times higher than usually found in a reactor.
The latest radiation scare was confined to inside the reactor. Radiation levels in the air beyond the evacuation zone around the plant and in Tokyo have been in normal ranges.
Yukiya Amano, the director general of the International Atomic Energy Agency (IAEA), cautioned that the nuclear emergency could go on for weeks, if not months more. [nN2679678]
"This is a very serious accident by all standards," he told the New York Times. "And it is not yet over."
Radiation levels in the sea off the Fukushima Daiichi plant rose on Sunday to 1,850 times normal just over two weeks after the disaster struck, from 1,250 on Saturday, Japan's Nuclear and Industrial Safety Agency said.
"Ocean currents will disperse radiation particles and so it will be very diluted by the time it gets consumed by fish and seaweed," said Hidehiko Nishiyama, a senior agency official.
Several countries have banned produce and milk from Japan's nuclear crisis zone and are monitoring Japanese seafood over fears of radioactive contamination.
OVERSHADOWING RELIEF EFFORT
The crisis at the plant, 240 km (150 miles) north of Tokyo, has overshadowed a relief and recovery effort from the magnitude 9.0 quake and the huge tsunami it triggered on March 11 that left more than 27,100 people dead or missing in northeast Japan.
The Japanese government estimated last week the material damage from the catastrophe could top $300 billion, making it the world's costliest natural disaster.
In addition, power cuts have disrupted production while the drawn-out battle to prevent a meltdown at the 40-year-old plant has hurt consumer confidence and spread contamination fears well beyond Japan.
Amano, a former Japanese diplomat who made a trip to Japan after the quake, said authorities were still unsure about whether the plant's reactor cores and spent fuel were covered with the water needed to cool them.
He told the newspaper he saw a few "positive signs" with the restoration of some electric power to the plant, adding: "More efforts should be done to put an end to the accident."
U.N. Secretary-General Ban Ki-moon said it was time to reassess the international atomic safety regime.
Japan's nuclear crisis also looks set to claim its first, and unlikely, political casualty. In far away Germany, Chancellor Angela Merkel's party faces a defeat in a key state on Sunday, largely because of her policy U-turns on nuclear power.
NOT WORSENING
A Tokyo Electric official told a news conference on Saturday experts were still trying to figure out where to put the contaminated water they're trying to pump out of the reactors.
They also are not sure where the radiation is leaking from -- whether it's from the spent fuel rod pools or elsewhere in the reactors.
"That's the problem they have right now, is trying to figure out where this comes from," said Murray Jennex, associate professor at San Diego State University.
"You let (radioactive)stuff accumulate because you don't have a place to put it. It stays down in the bottom of the plant. If nothing happens, when it comes time to shut it down you clean it up and take care of it. But if something like this happens, that stuff now becomes loose sometimes."
Two of the Fukushima Daiichi reactors are now seen as safe but the other four are volatile, occasionally emitting steam and smoke.
"We are preventing the situation from worsening," Chief Cabinet Secretary Yukio Edano told a news conference on Saturday. "We've restored power and pumped in fresh water, and are making basic steps toward improvement, but there is still no room for complacency."
At Chernobyl in Ukraine, the worst nuclear accident in the world, it took weeks to "stabilize" what remained of the reactor that exploded and months to clean up radioactive materials and cover the site with a concrete and steel sarcophagus.
In Tokyo, a metropolis of 13 million, a Reuters reading on Sunday morning showed ambient radiation of 0.06 microsieverts per hour, well within the global average of naturally occurring background radiation of 0.17-0.39 microsieverts per hour, a range given by the World Nuclear Association.
(Additional reporting by Kiyoshi Takenaka, Chizu Nomiyama, Shinichi Saoshiro and Phil Smith in Tokyo, Jon Herskovitz in Kamaishi; writing by Bill Tarrant; editing by yahoo

Minggu, 20 Februari 2011

kuliah,, jangan hanya mencari nilai tapi pemahaman jauh lebih penting

kuliah???

yupz, saat ini kuliah telah menjadi salah satu gaya hidup masyarakat indonesia. ada banyak hal yang bisa didapatkan dalam dunia perkuliahan